Pagi itu, ratih masih ingin bermalas- malasan, sambil terus melantunkan ayat suci Al-qur,an juz lima.
Baginya waktu bersama Alquran adalah saat yang menenangkan, makanya dia
sering bersungut jika wakunya di ganggu, namun panggilan dari sang pemimpin keluarga
melepaskan genggamannya pada mushap
kesayangan itu.
“Kopi bu,” persis sama seperti hari kemarin, Arman, suara seraknya memanggil Ratih dengan nada
datar. Ditemani sebatang rokok yang
sering membuat tenggorokannya kering, dia naikkan kakinya ke atas bagku,
menikmati sinar mentari pagi yang hangat. Kepul asap rokok ditiupya agar
menghilang, Ratih sudah sering kali
menasehatinya untukk berhenti mengisap barang makruh itu, namun keegoisannya mengangkasa melebihi suara hatinya sendiri,
yang sebenarnya telah tau efek buruk, benda yang tak bosan dibakarnya itu.